Puluhan pengunjuk rasa pada hari Jumat berkumpul di ibukota Ankara untuk mengecam pembunuhan itu.
“Kami siap untuk segala bentuk tindakan. Kami tidak akan diam, kami tidak takut dan kami tidak akan taat. Kami akan terus berjuang sampai tidak ada wanita yang dibunuh lagi,” kata pengunjuk rasa Elif Sanci kepada AFP.
Pengunjuk rasa lain, Ilke Isik, menyalahkan pemerintah atas kegagalannya menghentikan kekerasan terhadap perempuan.
“Baik Emine maupun rekan-rekan kita tidak boleh mati. Teriakan Emine ‘Aku tidak ingin mati’ adalah tangisan kita semua,” katanya.
Para pejabat, termasuk Menteri Kehakiman Abdulhamit Gul, dengan cepat mengutuk pembunuhan itu setelah video itu diterbitkan, bersama dengan selebriti dan klub sepak bola seperti Besiktas.
“Kami berharap pembunuhnya dihukum dengan cara yang paling berat,” cuit juru bicara kepresidenan Ibrahim Kalin.
Pemerintah mengatakan tim psikolog merawat anak itu.
Turki telah berjuang untuk menahan meningkatnya kekerasan terhadap perempuan.
Dalam enam bulan pertama tahun 2019, 214 wanita dibunuh oleh pria, sementara 440 wanita dibunuh tahun lalu, menurut kelompok hak-hak perempuan We Will Stop Femicide.
Itu naik dari 409 wanita pada 2017 dan 121 pada 2011.
Sementara pemerintah mengakui masalah kekerasan terhadap perempuan, para kritikus mengatakan tidak cukup banyak yang dilakukan untuk menyediakan tempat penampungan dan untuk mengatasi masalah ketidaksetaraan gender yang lebih luas yang merembes ke masyarakat.
Turki telah meratifikasi Konvensi Istanbul 2011 Dewan Eropa – instrumen mengikat pertama di dunia untuk mencegah dan memerangi kekerasan terhadap perempuan – tetapi para aktivis mengatakan masih banyak yang harus dilakukan untuk menerapkan undang-undang tersebut.