Peru jatuh ke dalam pergolakan politik ketika Kongres menggulingkan Presiden Martin Vizcarra

Vizcarra, 57, tidak memiliki partai di Kongres yang terfragmentasi, dan memiliki hubungan yang tegang dengan anggota parlemen, dengan siapa ia sering bersitegang atas agenda anti-korupsinya.

Dia membubarkan Kongres tahun lalu setelah kebuntuan yang berlangsung lama, sebuah langkah yang memicu kritik oleh anggota parlemen sayap kanan.

Vizcarra selamat dari upaya penggulingan pertama pada bulan September dalam persidangan pemakzulan terpisah atas dugaan hubungan dengan kasus kontrak pemerintah yang tidak teratur dengan penyanyi yang kurang dikenal. Hanya 32 orang di majelis yang memberikan suara mendukung pemecatannya dalam pemungutan suara itu.

Namun, pada bulan November, anggota parlemen memilih untuk bergerak maju dengan persidangan pemakzulan baru atas tuduhan bahwa Vizcarra menerima suap dari perusahaan yang memenangkan kontrak pekerjaan umum ketika dia menjadi gubernur wilayah selatan Moquegua.

Pemecatan Vizcarra dapat mengantarkan periode ketegangan politik dan ketidakpastian dalam bulan-bulan menjelang pemilihan karena Peru sudah tegang oleh ketidakstabilan ekonomi, kata para analis.

“Gejolak politik terkait dengan proses pemakzulan terbaru dan tuduhan korupsi menambah ketidakpercayaan yang mendalam terhadap kelas politik menjelang pemilihan mendatang,” kata perusahaan internasional Eurasia dalam sebuah laporan sebelumnya pada hari Senin.

Pemerintah Vizcarra bentrok dengan Merino dalam beberapa bulan terakhir atas tuduhan bahwa ia mencoba untuk meminta militer dalam permintaannya untuk pemecatan Vizcarra. Mr Merino membantah melakukan kesalahan.

Para analis mengatakan Merino dapat mendorong beberapa langkah populis dalam bulan-bulan menjelang pemilihan Peru.

“Dia mungkin akan mempertahankan kerangka kebijakan ekonomi yang ada tetapi memajukan beberapa langkah populis ketika dia mencoba untuk memenangkan dukungan publik,” kata Eurasia.

Anggota parlemen yang bersimpati kepada Vizcarra menolak pemecatannya dan memperingatkan bahwa keputusan itu akan meningkatkan ketidakstabilan di negara Andes.

“Ini adalah kudeta terselubung. Kami membutuhkan ketenangan, tetapi juga banyak pengawasan warga,” kata George Forsyth, seorang walikota dan salah satu kandidat terdepan untuk pemilihan 2021, di Twitter.

Francisco Sagastegui, seorang anggota parlemen dari Partido Morado, menyebut pemungutan suara itu sebagai “keputusan yang salah.”

“Kami pikir ini … keputusan yang menambah lebih banyak ketidakpastian, menciptakan masalah, dan akan sangat mempengaruhi warga kami,” kata Sagastegui.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *